Miqat makani adalah istilah yang sering Anda dengar ketika membahas ibadah haji atau umrah. Secara sederhana, miqat makani merujuk pada batas tempat di mana seorang jamaah harus memulai niat ihram untuk melaksanakan haji atau umrah.
Tempat ini menjadi titik awal yang sangat penting karena menandai masuknya seseorang ke dalam keadaan suci untuk menjalankan ibadah di Tanah Suci.
Dalam artikel ini, kita akan membahas apa itu miqat makani, lokasi-lokasinya, serta hal-hal yang perlu Anda ketahui agar ibadah Anda berjalan lancar dan sesuai syariat.
Apa Itu Miqat Makani?
Miqat makani adalah lokasi geografis yang telah ditetapkan oleh Rasulullah SAW sebagai titik awal untuk memulai ihram, yaitu keadaan suci yang ditandai dengan mengenakan pakaian ihram dan mengucapkan niat haji atau umrah.
Saat tiba di miqat makani, jamaah diwajibkan untuk mengenakan kain ihram, melaksanakan shalat sunnah dua rakaat (jika memungkinkan), dan mengucapkan niat dalam hati serta lisan. Setelah itu, jamaah menuju Makkah untuk melanjutkan rangkaian ibadah seperti thawaf dan sa’i.
Miqat makani berbeda dengan miqat zamani, yang merujuk pada batas waktu pelaksanaan ibadah haji, yaitu dari bulan Syawal hingga fajar tanggal 10 Dzulhijjah. Sementara itu, miqat makani berfokus pada tempat, dan setiap jamaah memiliki lokasi miqat yang berbeda tergantung dari mana mereka berasal atau rute yang mereka lalui.
Mengapa miqat makani begitu penting? Karena ini adalah salah satu syarat sahnya ibadah haji atau umrah. Jika seorang jamaah melewati miqat makani tanpa berihram, maka mereka wajib membayar dam (denda) berupa menyembelih seekor kambing. Oleh karena itu, memahami lokasi miqat makani dan tata caranya adalah langkah awal yang krusial sebelum menjalankan ibadah.
Lima Lokasi Miqat Makani yang Ditetapkan
Rasulullah SAW telah menetapkan empat lokasi miqat makani, dan satu lokasi tambahan ditetapkan oleh Khalifah Umar bin Khattab untuk memenuhi kebutuhan jamaah dari Irak. Berikut adalah lima miqat makani yang perlu Anda ketahui:
- Dzulhulaifah (Bir Ali)
Lokasi ini adalah miqat bagi penduduk Madinah dan jamaah yang melewati rute ini, termasuk banyak jamaah dari Indonesia pada gelombang pertama yang mendarat di Madinah. Dzulhulaifah, yang kini dikenal sebagai Bir Ali, berjarak sekitar 9 km dari Madinah dan sekitar 420 km dari Makkah, menjadikannya miqat makani terjauh dari Makkah. Di sini, terdapat masjid yang menjadi tempat jamaah mengenakan pakaian ihram dan memulai niat. - Juhfah
Juhfah adalah miqat untuk penduduk Syam (Suriah, Lebanon, Yordania, Palestina) serta jamaah dari Mesir dan negara-negara Afrika Utara. Lokasinya berada sekitar 183 km di barat laut Makkah. Karena Juhfah kini tidak berpenghuni akibat banjir di masa lalu, jamaah biasanya memulai ihram dari Rabigh, yang berjarak sekitar 15 km dari Juhfah. - Qarnul Manazil (As-Sail Al-Kabir)
Miqat ini ditujukan untuk penduduk Najd dan jamaah yang datang dari wilayah timur seperti Dubai, Irak, atau Iran. Qarnul Manazil, yang kini dikenal sebagai As-Sail Al-Kabir, terletak sekitar 75-78 km dari Makkah, tepatnya di dekat pegunungan Taif. Banyak jamaah Indonesia gelombang kedua yang mendarat di Jeddah memilih miqat ini jika berihram dari udara. - Yalamlam (As-Sa’diyyah)
Yalamlam adalah miqat untuk penduduk Yaman dan jamaah dari negara-negara seperti India, Pakistan, China, Jepang, dan Indonesia yang melewati rute ini. Lokasinya berada sekitar 92 km di tenggara Makkah. Jamaah yang bepergian dengan pesawat sering memulai ihram di udara saat pesawat melintas sejajar dengan Yalamlam, yang biasanya diumumkan oleh awak kabin. - Dzatu ‘Irqin (Adh-Dharibah)
Miqat ini ditetapkan oleh Umar bin Khattab untuk jamaah dari Irak dan wilayah timur lainnya. Dzatu ‘Irqin berjarak sekitar 94 km di timur laut Makkah. Namun, saat ini lokasi ini tidak lagi digunakan karena tidak ada akses jalan, sehingga jamaah dari rute timur biasanya berihram dari Qarnul Manazil.
Selain lima lokasi di atas, penduduk Makkah atau mereka yang tinggal dalam batas miqat dapat memulai ihram dari tempat tinggal mereka untuk haji. Namun, untuk umrah, mereka harus keluar dari wilayah Tanah Haram (Makkah) ke tempat seperti Tan’im, Ji’ranah, atau Hudaibiyah.
Miqat Makani untuk Jamaah Indonesia
Bagi jamaah haji atau umrah dari Indonesia, lokasi miqat makani bervariasi tergantung pada gelombang keberangkatan. Menurut pedoman dari Kementerian Agama RI, berikut adalah opsi miqat makani untuk jamaah Indonesia:
- Gelombang Pertama (Mendarat di Madinah)
Jamaah yang mendarat di Bandara Amir Muhammad bin Abdul Aziz (AMAA) Madinah biasanya memulai ihram di Dzulhulaifah (Bir Ali). Di sini, jamaah mengenakan pakaian ihram, melaksanakan shalat sunnah dua rakaat di masjid, dan mengucapkan niat sebelum berangkat ke Makkah. - Gelombang Kedua (Mendarat di Jeddah)
Jamaah yang mendarat di Bandara King Abdul Aziz, Jeddah, memiliki beberapa opsi:- Di pesawat: Niat ihram dilakukan saat pesawat melintas sejajar dengan Yalamlam atau Qarnul Manazil. Awak pesawat biasanya mengumumkan saat pesawat mendekati miqat, sehingga jamaah bisa bersiap dengan pakaian ihram dan mengucapkan niat.
- Di Bandara King Abdul Aziz, Jeddah: Berdasarkan fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) pada 1980 dan 1981, Bandara Jeddah dianggap sah sebagai miqat makani untuk memudahkan jamaah.
- Di asrama haji embarkasi: Beberapa jamaah memilih berihram dari asrama haji sebelum berangkat ke bandara, sebagai bentuk kehati-hatian.
Jika jamaah Indonesia ingin melaksanakan umrah tambahan setelah berada di Makkah, mereka harus keluar ke wilayah seperti Tan’im (Masjid Aisyah) yang berjarak 7,5 km dari Masjidil Haram untuk memulai ihram.
Tata Cara Miqat Makani
Untuk memastikan ibadah Anda sah, berikut adalah tata cara umum saat berada di miqat makani:
- Mandi Ihram: Sebelum sampai di miqat, disunnahkan untuk mandi besar (mandi junub) sebagai bentuk pembersihan diri.
- Mengenakan Pakaian Ihram: Pria mengenakan dua helai kain putih tanpa jahitan, sedangkan wanita cukup mengenakan pakaian yang menutup aurat.
- Shalat Sunnah Ihram: Jika memungkinkan, lakukan shalat sunnah dua rakaat di lokasi miqat.
- Mengucapkan Niat: Ucapkan niat haji atau umrah dalam hati dan lisan, misalnya, “Labbaik Allahumma umratan” untuk umrah atau “Labbaik Allahumma hajjan” untuk haji.
- Membaca Talbiyah: Setelah niat, bacalah talbiyah: “Labbaik Allahumma labbaik, labbaik la syarika laka labbaik, innal hamda wan ni’mata laka wal mulk, la syarika lak.”
- Menuju Makkah: Setelah berihram, jamaah melanjutkan perjalanan ke Makkah untuk melaksanakan thawaf dan sa’i, sambil menjaga larangan ihram seperti tidak memotong rambut atau memakai wewangian.
Pentingnya Memahami Miqat Makani
Memahami miqat makani bukan hanya soal mengetahui lokasi, tetapi juga memahami makna spiritual di baliknya. Miqat makani adalah simbol kesiapan seorang muslim untuk meninggalkan duniawi dan fokus pada ibadah kepada Allah. Dengan memulai ihram di tempat yang telah ditetapkan, Anda menunjukkan ketaatan pada syariat dan keseriusan dalam menjalankan ibadah.
Jika Anda berencana menunaikan haji atau umrah, pastikan untuk mempelajari lokasi miqat makani yang sesuai dengan rute perjalanan Anda. Konsultasikan dengan pembimbing manasik atau agen travel haji dan umrah untuk memastikan semua persiapan Anda sesuai dengan ketentuan syariat. Dengan begitu, ibadah Anda akan lebih khusyuk dan diterima oleh Allah SWT.